Pages

Rabu, 16 Juni 2010

POTRET BURAM PENDIDIKAN INDONESIA


Jalur Konkkalikong

Sukabumi. Dunia pendidikan Indonesia kembali berduka setelah penyelenggaraan UN, baik itu kecurangan, banyak anak yang tidak Lulusnya sehingga menjadi bencana bagi keluarganya masing-masing. kini mulai memasuki episode Baru wajah buruk pendidikan Indonesia. banyak jalan menuju Roma, banyak cara pula untuk mensiasati penerimaan siswa baru (PSB) tak hanya melalui jalur akademik, menempuh jalur prestasi pun menjadi pilihan bagi orang tua untuk memasuki anaknya ke sekolah favorit.
Berfikir kritis pun perlu dilakukan, seperti mendalami jalur prestasi dalam PSB khususnya di Sukabumi umumnya mungkin dikota-kota yang lain. sejak april pendaftaran melalui jalur tersebut telah dibuka untuk memberikan kesempatam kepada siswa prestasi masuk ke sekolah idaman mereka. di Bukanya jalur tersebut memang patut disambut baik itu membuktikan Dinas Pendidikan Kota Sukabumi tak hanya menilai siswa dari kemampuan akademik, tapi dari prestasi non akademik pula.
Tapi kita jangan menutup mata melihat adanya potensi kecurangan, dalam pelaksanaannya, apalagi diduga kuat para makelar masih bergentanyangan. kemungkinan adanya manipulasi data dan main mata masih terbuka lebar, sebab sekolah memiliki kebijakan penuh untuk menentukan diterima atau tidak pengajuan dari calon siswa.
Dalam hal tersebut prestasi siswa dalam bidang olahraga, seni, atatu budaya menjadi penilaian Utama. adanya sertifikat/ piagam tersebut merupakan bukti prestasi, atau bisa saja orang tua membeli piagam ASPAL (asli atau Palsu) lalu mengajukan kesekolah."
Untuk masuk ke sekolah-sekolah Plat merah (milik pemerintah) SLTP Negeri saja hampir membutuhkan biaya sekitar 2-3 Juta apalagi untuk SMA membutuhkan biaya 5-10 juta. hal ini diperparah oleh fenomena jual beli bangkuyang akhir-akhir ini semakin marak.
jual beli bangku, sogok menyogok, uang pelicin dan bentuk-bentuk sejenis lainnya, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang berduit. walapun ada anak wonk cilik yang cerdas berprestasi, kalau tidak punya cukup uang dia tidak akan bisa memilih sekolah yang diinginkan. sebaliknya anak orang kaya yang biasa-biasa saja bisa masuk ke sekolah yang diinginkan karena memiliki uang yang lebih. kenyataan ini menjadikan wong cilik terpinggirkan karena hak-hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak telah diambil oleh orang yang berduit. ketika uang berbicara keadilan pun hanya tiggal nama. ***

1 komentar:

Fraksi Rakyat [Suara Pembebasan] The Power Of Civil Society mengatakan...

pendidikan yang membebaskan dan membabaskan pendidikan