Pages

Rabu, 16 Juni 2010

MEDIA, PENDIDIKAN dan SOSIO_CULTUR PELAJAR

Realitas pelajar hari ini (siswa dan mahasiswa), lebih cenderung ekspresif dan identik dengan kebudayaan yang mungkin bisa kita sebut dengan "bebas nilai" -- dalam arti, kesemuan nilai dan atau cenderung memisahkan nilai (ideologi) dari realitas sebenarnya. Sederhananya dapat kita sebut sebagai suatu gejala yang sering kita kenal sebagai "krisis ke-diri-an". Krisis kedirian seperti ini tengah menghantarkan kita pada kondisi bangsa di masa yang akan datang begitu suram. Mereka sudah dialihkan dari wacana bagaimana membangun bangsa dan menciptakan masyarakat yang beradab sebagai perwujudan dari nilai religiusitas yang mapan, menjadi sebatas bagaimana eksistensi mereka dapat terakui dan mampu menarik perhatian banyak orang, atau sekedar meraup sesuap nasi demi mendapatkan rasa nyaman/kesejahteraan dalam hidup.lebih cenderung pragmatis-oportunis memang.

Di era informasi ini, media massa memiliki andil yang cukup besar terhadap perubahan sosial. Akses yang mudah dijangkau serta program-program yang mepresentasikan realitas yang seakan kita dapat menjangkau dan menjelajahi apa saja yang ada di berbagai belahan dunia menjadikannya (media massa) digemari oleh banyak orang. Orang dapat belajar dan memahami berbagai adat dan budaya yang ada, bahkan mereka dapat mengetahui kondisi terkini beserta permasalahan yang tengah terjadi didalamnya. Dari sini, kita dapat memastikan bahwasannya media massa dapat merefleksikan realitas. Atau dengan kata lain, media massa mampu memberikan gambaran realitas yang seutuhnya terjadi, tanpa ditambah maupun dikurangi.

Akan tetapi, Jean Baudrillard, pakar media asal Perancis, meyakini bahwa media merupakan perangkat untuk mengacaukan hakikat dan kenyataan beragam persoalan. Lebih lanjut ia memaparkan, "Apa yang kita anggap sebagai realitas, sejatinya adalah pandangan media terhadap isu tersebut. Bisa dikatakan, realitas bisa terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan banyaknya media dan gambar. Dengan kata lain, simbol realitas telah menggantikan realitas itu sendiri”. Hal ini mengisyaratkan bahwa apa yang disajikan media tidak seperti apa yang diutarakan sebelumnya. Media seakan mepolitisir realitas dan mengarahkannya sesuai dengan apa yang diamini oleh para pelaku media, dalam bahasa Roland Barthes disebut sebagai mitos (ideologi). Jika memang benar demikian, apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari kontruksi media terhadap realitas.

Hal ini telah memberikan sedikit asumsi pada kita, bahwa media sebagai faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan sosial telah mengakibatkan kondisi pelajar hari ini yang demikian adanya.Tayangan-tayangan seperti kekerasan, pergaulan bebas dan hal lain sebagainya telah memberikan efek (defiasi) terhadap pemaknaan pelajar atas sajian media tersebut. Atau memang para pelaku media telah kehilangan idealitas sehingga menitik beratkan pada pragmatisme hidup yang cenderung kapitalistik dan pada akhirnya menghiraukan nilai-nilai luhur serta tidak mendidik? Maka dari itu, kita harus mengkaji ulang terhadap apa saja yang disajikan oleh media, mulai dari mitos (ideologi) para pelaku media sampai pada wilayah manfaat apa yang didapat dari setiap penyajian program-program media terhadap perkembangan pelajar saat ini. Ataukah media massa saat ini memang tidak memiliki korelasi sedikit pun dengan program pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah, terkhusus dunia pendidikan yang melibatkan pelajar di dalamnya sebagai pewaris syah bangsa ini?

Disisi lain, penyelenggaraan pendidikan pada hakikatnya dapat dikatakan sebagai proses dalam membangun bahkan membentuk kepribadian pelajar sehingga pelajar nantinya dapat berkontribusi secara positif terhadap bangsa dan masyarakat secara umum. Pendidikan sebagai salah satu sarana dalam membangun struktur sosial yang mapan harus mampu merubah kondisi masyarakat (pelajar) yang demikian adanya menjadi lebih baik dan menciptakan pelajar-pelajar yang mampu menggantikan para pemimpin saat ini di masa yang akan datang. Pendidikan harus mampu menjawab setiap persoalan sehingga dalam generasi selanjutnya kita tidak akan menjumpai persoalan yang sama.Namun pada realitasnya??? Pendidikan belum mampu melakukan suatu perubahan yang mendasar terhadap kondisi pelajar saat ini. Terlebih lagi pada ranah moralitas (nilai) sebagai suatu pandangan yang dapat menghantarkan diri pada suatu usaha luhur.

Secara sekilas kita dapat menyimpulkan bahwasannya pendidikan hari ini belum mampu merubah kondisi pelajar yang demikian adanya. Atau mungkin kondisi pelajar ini memang diakibatkan oleh media sebagai faktor terbesar dalam mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Dan dalam penyelenggaraannya, pendidikan belum mampu melakukan counter terhadap kultur yang diakibatkan oleh sajian-sajian media tersebut. Jika memang benar, apa yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan saat ini dalam menghadapi pengaruh media (media cetak, audio,visual, audio visual) yang cukup beragam tersebut, yang memang mampu menarik perhatian pelajar secara komunal? Jika pendidikan tidak mampu mengcounter pengaruh media massa saat ini, kenapa pemerintah terlihat cenderung lebih membebaskan program-program sajian media yang demikian adanya? Lantas sikap apa yang harus ditunjukkan baik oleh dunia pendidikan, maupun media massa dalam menyikapi persoalan pelajar terkini?

Pembuat pengurus Pelajar Islam Indonesia (PII) Jawa Barat.

Tidak ada komentar: