Pages

Rabu, 16 Juni 2010

Catatan Untuk Kader PELAJAR ISLAM INDONESIA SUKABUMI

Catatan Untuk : Pelajar Islam Indonesia- Sukabumi

“jangan kau mudah terpesona oleh nama-nama. Kalau sendiri pernah bercerita padakau: nenek moyang kita menggunakan nama yang hebat-hebat dan dengannya ingin mmengsani dunia dengan kehebatan-kehebatan dalam kekosongan. Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama dia berhebat-hebat dengan ilmu pengetahuan . tetapi sipenipu tetaplah sipenipuh, sipembohong tetaplah si pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya.” (Pramoedya ananta toer). KISAH ANAK-ANAK REMAJA PROGRESIF DARI HARI KEHARI Sebenarnya ada kemajuan meskipun belum berarti, dikalangan manusia-manusia diatas bumi diatas upaya memikirkan kembali suatu pemikiran dan gerakan untuk menjawab sebagai macam kontradiksi yang menjangkiti tatanan kapitalis yang kian menglobal. Berbagai macam kontradiksi itu du tangkap dan ekspresikan dalam berbagai macam gerakan yang menghendaki perubahan dam tentu saja seiring dana protes yang kian berbunyi. Kita tidak hanya mmelihat anak-anak muda yang frustasi karena tidak mendapatkan hak-hakya di bidang pendidikan.

Di antara mereka, ada yang lari kebudaya negative dan justru menjadi bagian dramatis dari musibah kapitalisme, yang tak jarang di eksploitasi dalam kisah-kisah sinetron dan film Hollywood yang menghibur. Sebagian lagi, ada yang menangkap ketidakpuasannya dan di ekspresikan melalui lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan di bus-bus dan kereta-kereta. Sebagian dari mereka, mesipun ,mereka adalah anak-anak remaja yang tak dapat mmasuk kesekolah, tetap saja dapat memahami betapa pendidikan itu tidak adil buat mereka. Tentunya, menghendaki sekolah yang adil, seringkali kita mendengar anak-anak kecil kotor dan dekil menyanyikan lagu yang mereka nyanyikan di bus-bus dan kereta-kereta. Liriknya seperti ini.

“belajar sama-sama
Bekerja sama-sama
Semua orang itu guru
Alam raya sekolahku
Sejaterahlah bangsaku

Di tempat lain, juga kita sering mendengar lagu-lagu yang sangat menunjukkan kontradiksi kapitalisme terhadap pendidikan. Berikut ini liriknya

Apa guna punya ilmu tinggi
Kalau rakyat masih kau bodohi
Apa guna banyak baca buku
Bila mulutmu sering menipu
Di desa-desa, tani dipaksa
Menjual tanah….tapi-tapi dengan harga murah..
Di kota-kota, buruh dipaksa
Bekerja keras… tapi..tapi..dengan upah rendah
Dimana-mana moncong senjata,
Berdiri tegak kongkalikong..dengan kaum cukong.

Itu adalah syair anak mudah Indonesia yang frustasi dan memberontak. Tentu saja mereka juga menambah daya gerak yang dilakukan teman-teman sebaya yang sering tak mau mengenal mereka, yaitu mahasiswa yang kadang juga tak puas terhadap kebijakan Negara, sekolah dan kampus. Berbagai macam aksii radikal anak-anak mudah kampus sering kali terjadi, yaitu menolak kenaikan SPP dan sekolah mahal, hingga menolak kebijakan privatisasi pendidikan tinggi yang benar-benar akan mengancam masa depan negeri Indonesia ini.

Para remaja sekolah yang usia yang begitu rendah, seperti anak-anak SD,SMP,dan SMU, belakangan ini juga suka turun kejalan, terutama menolak adanya penyimpangan yang dilakuakan oleh pihak pemerintah,sekolah. Mereka diajak untuk turun kejalan mengikuti massa demonstran, dan ini sangat sangat melatih militansi
anak remaja sekolahan dan di kemudian hari akan tersimpan dalam memori mereka watak krititisme yang dibangun semenjak remaja sampai pada ketika mereka menjadi mahasiswa intelektual. Dengan prtatek seperti itulah mereka akan tidak terasing lagi dengan suasana demonstran bahkan terlibat langusung dalam garis massa demonstran yang progresif revolusioner.

CERITA ANAK SEKOLAHAN

Aku sedikit punya cerita tentang gerakan pelajar sekolahan yang masih berusia dibawah, seperti di Daerah tinggal saat ini (Sukabumi) ada sekelompok remaja yang mengorganisasikan dirinya dalam forum-forum diskusi dan mengikuti beberapa aksi massa, katakanlah PII (Pelajar Islam Indonesia) yang terdiri dari beberapa sekolah-sekolah menegah atas (SMA) bahkan dari kampus di Daerah Sukabumi, informasi yang aku terimah dari kawan-kawan remaja progresif ini, sekolah-sekolah menengah atas yang bergabung didalam organisasi mereka, ku ajungkan empat jempol buat mereka, yang begitu siap bergerak untuk melakukan penyadaran-penyadaran kritis Kepada teman sebanyanya. Awal dari terbentukanya organisasi pelajar tertua di Indonesia ini adalah bentuk kajian-kajian kritis yang begitu menyebar pasca Proklamasi Kemerdekaan, yang dilakukan para pemuda-pemuda termasuk santri yang lebih duluan mengkonsumsi pemikiran kritis dan pembacaan yang berlandaskan pada kebutuhan ummat berdasarkan nilai Islam.

Dari pengalaman kawan-kawan remaja aktivis pelajar kita dapat melihat betapa gelisahnya mereka merindukan sekolah ilmiah, gratis, dan bervisi keummatan. Dengan melihat reliatas lingkungan mereka
yang masih bayak teman-teman sebaya mereka yang tidak mampu menikmati pendidikan formal, dengan pemikiran yang maju pula organisasi pelajar ini membnentuk forum-forum kajian agar teman-teman sebaya mereka dapat mendapat ilmu yang lebih bermanfaat dibandingkan yang ada di sekolah-sekolah yang berwatak kapitalistik, feodalistik, dan militeristik.

Anak-anak remaja dan pemudah itu tentu saja marah, justru karena mereka sadar atas apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini. Tampaknya, mereka paham akan kemunafikan system kapitalisme bahwa tak mungkin kapitalisme butuh anak-anak remaja pintar dan cerdas (berpengetahuan dan berteknologi) karena kalau itu terjadi, pendidikan dan ilmu pengetahuan tak bisa lagi di komersialisasikan oleh ideology kapitalisme. Dengan kegelisahan para remaja-remaja ini, dan sampai pada waktunya mereka turun langsung kejalan dengan massa yang terorganisir oleh organiasasi mereka, membentengkan poster-poster tentang penolakan kebijakan-kebijakan pemerintah,sekolah yang sungguh memberatkan mereka dan orang tua mereka baik itu secara langsung maupun yang tidak langsung.

Mereka dilahirkan dari ibu Revolusi, tetapi ketika tumbuh mulai tahu bahwa perjuangan para pendahulu mereka telah musnah di telan kapitalisme yang berusaha menyuapinya dengan racun atau zat-zat yang akan membuat anak-anak itu bodoh dan cepat mati. Makanya, anak-anak yang menyadari bahwa ia yakin akan terjadi estafeta kepemimpinan ummat di masa yang akan datang.

Mereka tahu bahwa kapitalisme ingin terlalu berkuasa. Dan mereka yang masih percaya dengan sekolah, anak-anak itu juga menolak kampus dikuasai. Sebelum para mahasiswa daerah mereka (kabupaten Polewai Mandar) ramai-ramai menolak privatisasi kampus belakangan ini, anak-anak remaja/ sekolahan ini telah memulai aksi lebih dulu disbandingkan dengan mahasiswa yang katanya lebih progresif tapi tidak revolusioner akhirnya menjadi reformis berwatak borjuis penjilat pantat kapitalisme.

hal tersebut diwakili lagu the police yang berjudul “born in the 50’s”, we are the class, they couldn’t teach, cause we know better!’ ( kami adalah generasi yang tak dapat mereka didik, karena kami memahami lebih baik). Dominan yang menyebar dianggap tidak mampu memberikan apa-apa karena hanya dangkal beku, sedangkan kaum remaja yang mampu meresakan dan mengetahui lebih baik ini menginginkan gaya hidup yang berbeda. Di Indonesia secara umum, budaya tanding juga menjadi ciri khas dari gerakan kaum muda yang dimulai dari kemampuan untuk merasakan kontradiksi yang muncul. Gerakan mahasiswa melawan orde baru merupakan fakta sejarah yang paling menonjol. Pengaruh budaya tandingan tahun 1960-an. dan juga berimbas pada kaum remaja di Sukabumi (JABAR) yang mampu mengakses informasi dan ilmu pengetahuan ini. Gerakan kaum remaja pun harus ada dalam sejarah gerakan di Sukabumi dimana kebudayaan dijadikan topeng kekuasaan yang menindas rakyat sendiri.
(RDH) Mantan Ketua Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia Sukabumi

Tidak ada komentar: