Pages

Minggu, 25 Juli 2010

Warga Mulai Tinggalkan Tabung Gas Elpiji

Tabung gas elpiji terus meledak. Ini membuat warga takut menggunakan kompor gas. Sebagai gantinya, mereka kembali menggunakan minyak tanah, seperti yang dilakukan Harni, ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta, baru-baru ini.

Harni saat ini memilih menggunakan kompor minyak tanah, meski lebih repot dan mahal. Sebab, dia yakin penggunaan minyak tanah jauh lebih aman dibanding kompor gas. Itulah sebabnya, dia tak pernah lagi menggunakan tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram pemberian pemerintah. Bahkan, tabung pemberian itu sudah dia berikan ke saudaranya. Sedangkan kompor gas di rumahnya sudah lama berkarat karena memang tak pernah digunakan lagi.

Dalam sehari, Harni mengaku menggunakan 2,5 liter minyak tanah seharga Rp 7.500. Harga ini memang lebih mahal dari elpiji. Namun, Harni tetap menggunakannya karena jauh lebih aman dan tenang dibanding tabung gas.

Alasan serupa juga disampaikan Abdul Mahrub, warga Desa Kajongan, Purbalingga, Jawa Tengah. Khawatir menggunakan tabung gas elpiji, dia beralih memakai biogas dari kotoran sapi sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Menurut Mahrub, penggunaan kotoran sapi jauh lebih aman, ramah lingkungan, dan sangat murah. Apalagi, Desa Kajongan adalah sentra peternakan sapi, sehingga kotoran sapi sebagai bahan baku biogas mudah didapat.

Untuk menikmati kompor biogas, setiap keluarga hanya dipungut iuran Rp 15 ribu per bulan. Uang itu untuk biaya perawatan bak penampung limbah kotoran dan biaya mengganti selang yang rusak. Angka ini jauh lebih murah karena saat menggunakan elpiji, pengeluaran tiap keluarga rata-rata Rp 45 ribu per bulan [baca: Tak Ada Elpiji, Biogas pun Jadi].

Tidak ada komentar: