Pages

Jumat, 30 Juli 2010

Menggagas Ide Melahirkan Inovasi Kader (Catatan; HARLAH PII-WATI)

Dalam diplomasi ada dua keahlian penting tetapi langkah kemampuan untuk menggas ide dan kemampuan untuk mengivasikan ide tersebut, tidak semua diplomat memiliki salah satunya apalagi kedua keahlian ini. proses antara kedua ini adalah seni tersendir pemimpn yang bisa menggas ide kreatif kemudian kemudian menginovasikannya. selama ini banyak ide-ide cemerlang berseliweran dalam lalulintas komunikasi atau rapat kerja sebuah kepengurusan organisasi, namun sebagian besar ide-ide ini hanya terucap dimulut dicatat sebagai ide yang menarik dan berhenti disitu tanpa ditindaklanjuti hanya segelintir ide yang ternyata bisa diwujudkan menjadi satu inovasi baru.
Jika saya melihat suatu contoh ide besar, saya akan melihat dikaca. saya adalah suatu produk suatu ide dan inovasi intelektual yang sangat original, ide itu bernama "Pelajar Islam Indonesia" suatu istilah yang baru lahir pada tanggal 04 Mei 1947 yang dimotori oleh sekelompok pelajar, untuk membangkitkan suatu Idiologi perjuangan, suatu ide intelektual baru yang berfikir bagaimanan membagun kekuatan ummat untuk mempertahankan kemerdekaan. membangun suatu pemahaman bersama diawali dengan mempersatukan kelompok pelajar dipelosok nusantara baik pelajar di sekolah agama (santri) dan sekola umum untuk meleburkan diri menjadi satu kekuatan organisasi sehingga muncul sebuah ide cerdas yaitu "PII" oleh Yuzdi Ghazali,Anton Timur Zaelani dan kawan-kawan.
Ide "PII" timbul menjadi cita-cita dan aspirasi gerakan intelektual, aspirasi ini terus di inovasikan dengan cara Islami oleh berbagai kalangan lahirnya PII adalah suatu inovasi intelektual besar, membangun ukhwah mempersiapkan kader Ummat mengubah peradaban dunia, ide ini bangkit semula menjadi wacana diskusi namun kemudian tumbuh menjadi cita-cita dan aspirasi gerakan di awal kemerdekaan.
Ada komentar yang mengatakan kader "PII" terlalu banyak berwacana, mereka mungkin tidak memahami bahwa semua kebujakan bermula dari wacana dan diskusi itu akan muncul berbagai opini dan diketahui ide mana yang dapat direalisasikan dan mana yang disimpan di laci, sebagai intelektual PII adalah tempat berlatih bermain pengantar sukses study dan alat perjuangan,sehingga kader PII gemar membaca mengulas ide dan diskusi.
Selamat HARLAH untuk PII_WATI
tetap menjadi tunas-tunas Putri.

Tidak ada komentar: