Pages

Jumat, 30 Juli 2010

REVOLUSI KITA PATAH DITENGAH

Kita memang perlu mempunyai keberanian sukma (moral) untuk mengatakan bahwa dalam suasana yang semacam di Indonesia sekarang ini, Revolusi kita patah ditengah. Kita katakan ini dengan nafas yang sesak dan hati yang menangis karena mata kita terpaut kepada nasib Rakyat Jelata yang berjuta-juta itu, atas nama siapa sebetulnya Revolusi itu tadinya diangkat dan digerakkan, kita engapkan perkataan ini dari dada yang jernih, sebagai orang yang ikut tanggung jawab kepada perjuangan Rakyat Indonesia dan kepada sejarah yang akan menuliskan dan menghukum perbuatan kita di belakang hari.

Sebagai orang yang ikut memikul tanggung jawab dalam pergolakan sekarang ini, kita tidak boleh berdiam diri dan membungkam mulut serta memulangkan itu kepada kehendak Allah atau kepada kemauan Alam belaka.

Kalau kita ikut bertanggung jawab di dalam soal perjalanan masyarakat kita maka kita tidak boleh memicingkan mata sebab kehendak menjilat-jilat kawan serta tidak boleh mengempiskan perut karena pedang terhunus mengancam kepala yang masih bisa berpikir. Bukan hukum salah satu pengadilan yang bersifat sementara, yang patut kita takutkan tetapi hukum sejarah-lah yang bersifat abadi.

Memang orang tidak perlu ber-ilmu tinggi, tidak perlu ada pengalaman dan pengetahuan banyak untuk menarik kesimpulan dari segala kejadian dan kenyataan yang sama kita temui di sekitar kita sekarang dan sama kita alami sehari-hari. Kesimpulan ini ialah tidak lain dan tidak bukan daripada pengakuan bahwa Revolusi kita yang tadinya diangkat dengan riang gembira, dengan ketaatan hati yang padu dan kebulatan kemauan yang jujur, lemah ditengah jalan. Barangkali ada lebih baik, lebih tegas dan malahan lebih jujur kalau dikatakan bahwa perjalanan Revolusi kita sebetulnya berbalik ke belakang, sebelum ujud yang pertama dapat diselenggarakan.

Kalau kita mengatakan inti kebenaran ini, tidak-lah kita bermaksud akan melemparkan kesalahan atau umpatan kepada personnya pemimpin-pemimpin kita, yang sekarang ini sedang memikul tanggung jawab yang amat berat, maupun terhadap Rakyat maupun kelak terhadap sejarah ! Kita Cuma akan mempergunakan kesimpulan ini untuk memikirkan dan mempertimbangkan soal-soal Revolusi kita, agar bisa menjadi cermin dan petungjuk bagi mereka yang ada dibelakang ita.

KEWAJIBAN DAN CITA-CITA KITA YANG PERTAMA!

Kewajiban dan cita-cita yang pertama dari Revolusi yang kita angkat masih jauh belum tercapai. Supaya jangan ada keragu-raguan diantara para pembaca marilah kita jelaskan sekali bahwa kita sekali-kali tidak bermaksud: “kewajiban dan cita-cita” sebagai Revolusi social. Bukan-lah demikian, kita juga memandang Revolusi kita ini semata-mata sebagai Revolusi-nasional, seperti juga yang dimaksud dari semula Revolusi itu digerakkan. Kita disini akan lebih tegas lagi mengatakan supaya jangan ada salah paham diantara kita dengan kita: “sebagai Revolusi Borjuis Demokratis-pun, kewajiban dan cita-citanya yang pertama belum tercapai. Sekarang jelas-lah yang kita sekali-kali tidak memandang soal-soal nasional sekarang ini dari sudut mata Revolusi Sosial! Dalam perdebatan dan celotehan politik diantara pemimpin-pemimpin kita banyak sekali dipakai perkataan Revolusi nasional. Selaras dengan ini kita mendengar pula perkataan “nasional” itu disegala lapangan dan dalam berjenis-jenis kombinasi persatuan nasional, tentara nasional, penyatutan nasional, kebutuhan nasional dsb

Kita enggan ikut mem-perjual-belikan perkataan “nasional” itu, karena kita terlampau menghormati akan inti pengertian nasional yang sebenarnya. Oleh sebab sering kali pula kata “nasional” diperlawankan dengan kata “social”, seperti juga orang sering kali mempertentangkan pengertian “Revolusi Nasional” dengan “Revolusi Sosial”, guna memperkecilkan kekacauan, kita disini lebih suka memakai perkataan “Revolusi Borjuis Demokratis” daripada “Revolusi Nasional”.

REVOLUSI BORJUIS-DEMOKRATIS LAWAN REVOLUSI SOSIAL!

Jikalau kita hendak membangkitkan pertentangan antara dua macam Revolusi, maka bukan-lah Revolusi-Nasional dan Revolusi-Sosial yang berlawanan tetapi antara Revolusi Borjuis-Demokratis dan Revolusi-Sosial atau Revolusi-Proletaris. Karena hakikat kedua-dua Revolusi tersebut memang bersifat nasional, yang satu lebih sedikit dan yang lain lebih banyak nasional-nya! Dalam uraian kita selanjutnya kita akan terus memakai penegasan “Revolusi Borjuis-Demokratis” dan “Revolusi Sosial”.

Baik-lah sekali lagi kita ulangkan disini, bahwa bukan sebagai “Revolusi Sosial”, malahan sebagai “Revolusi Borjuis-Demokratis” kewajiban dan cita-citanya belum dapat diselenggarakan. Dengan keterangan ini kita mengetahui dan mengakui bahwa di Negara jajahan seperti di Indonesia ini memang tidak mungkin diselenggarakan Revolusi-Sosial, yaitu yang hakikat sesungguhnya Revolusi yang bersifat nasional sepenuh-penuhnya sebelum dijalankan Revolusi Borjuis-Demokratis.

Banyak para-politik yang mencoba membual-bulakan seolah-olah “Revolusi Sosial” bertentangan dengan kebutuhan nasional. Apakah ini dilakukan dengan insyaf atau dengan kekurangan penyelidikan yang teliti, itu memang tidak dapat kita tentukan. Cuma akibatnya untuk para pendengar kita tidak ada bedanya!

Seandainya Revolusi Sosial itu benar-benar bertentangan dengan Revolusi Nasional jadinya benar-benar berlawanan dengan kebutuhan nasional, maka sudah tentu pula tiap-tiap Revolusi Sosial itu bertujuan dan bersifat anti-nasional dan bertujuan dan bersifat internasional semata-mata. Kalau seandainya benar demikian itu, maka sudah tentu tiap-tiap pembangunan SOSIALISME, yang memang menjadi tujuan dan rukun dari Revolusi Sosial, akan bertentangan degan kemauan dan kebutuhan nasional. Ini adalah anggapan yang picik yang tidak bersandar kepada penyelidikan yang lebih dalam. Ini adalah pengetahuan orang ikut-ikutan saja.

Jikalau benar “Revolusi Sosial” itu semata-mata berujud dan bersifat anti-nasional dan semata-mata berujud internasional maka adalah orang Indonesia yang goblok yang mau tergila-gila menjalankan Revolusi Sosial, guna keplesiran dan kesenangan orang-orang lain, meskipun keplesiran dan kesenangan kaum Proletar dan Petani sekali.

Tidak ada dan tidak pula aka nada seorang Buruh atau Petani Indonesia yang akan bisa digerakkan dan digembirakan buat berjuang mencapai dan merebut masyarakat Sosialis, sekiranya ujud perjuangan itu semata-mata di tunjukkan kepada penyelenggaraan dan penyelesaian “KEPENTINGAN dan KEBUTUHAN INTERNASIONAL” belaka, meskipun yang dimaksudkan kepentingan Buruh internasional. Tidak ada seorang Proletar yang isyaf atau menjadi pembela SOSIALISME, kalau perjuangan mencapai Sosialisme itu berarti dia akan diperkuda-kudakan oleh politik Proletar internasional yang bertentangan dengan kebutuhan dirinya. “Sosialisme tidak bersifat anti-nasional”.

NASIONAL DAN SIFAT INTERNASIONAL.

Masing-masing kita yang bersifat anti kapitalis yang berjuang melawan kapitalisme masing-masing kita yang sama-sama bercita-citakan susunan masyarakat SOSIALIS di Indonesia ini, kita yang menyabung nyawa dan darah untuk mencapai dan merampas susunan masyarakat sosialis, kita yang insyaf dan berkeyakinan bahwa perjuangan sosialis yang kita lakukan di Negara kita sendiri itu bukan-lah “perintah” dari Moscow atau dari stalin dan sekali-kali bukan untuk kebutuhan dan kesenangan Rakyat Rusia yang sudah mendirikan masyarakat sosialisme di negerinya sendiri zonder pertolongan dari pihak internasional manapun, malahan juga bukan untuk kesenangan dan kepentingan kaum Buruh di Belanda-pun.

Kita berusaha menegakkan susunan masyarakat sosialis di Indonesia ini, semata-mata guna keperluan nasional di Indonesia. Masing-masing kita mencipta SOSIALISME DI INDONESIA ini. Oleh sebab kita masing-masing berkeyakinan bahwa masyarakat sosialis itu adalah satu-satunya syarat dan kemungkinan buat memecahkan segala kesulitan dan kekalutan politik, ekonomi, social dan kulturan di Indonesia ini. Hanya-lah dengan SOSIALISME saja sebagai satu-satunya syarat dan kemungkinan kita dapat menyelenggarakan dan mencapai ketentrama serta kemakmuran Negara kita dapat melaksanakan kebaikan hidup untuk seluruh lapisan dan golongan Rakyat kita.

Maka terang-lah bagi kita semua bahwa kita berjuang untuk sosialisme di Indonesia bukannya untuk kepentingan dan keperluan internasional manapun, jadinya bukan sebab kita orang-orang “internasionalis”, tetapi sebab kita mengutamakan dan mementingkan kebutuhan Rakyat Indonesia seluruhnya dan sebab cinta kasih kita kepada Negara dan Rakyat kita sendiri. Oleh karena kita berdarah nasional, berhati nasional, oleh karena kita hendak membela kepentingan nasional, oleh sebab kita menyempurnakan keselamatan nasional, artinya Rakyat pekerja yang terbanyak, maka itu-lah sebabnya kita siap sedia menghancurkan kekuasaan kapitalis dan imperialis di Negara kita, siap sedia mengadakan “Revolusi-Sosial” dengan segala konsekuensinya. Tidak atas anjuran dari luar, tidak untuk keperluan bangsa ini atau bangsa itu, untuk kepentingan Proletar Negara ini atau Negara itu, bukan sebab meng-hambakan diri kepada “keadaan internasional” ini atau “keadaan internasional” itu kita mengadakan Revolusi di Indonesia, akan tetapi atas kebutuhan Rakyat jelata, Rakyat marhaen, Rakyat Moerba, Rakyat yang berjuta-juta di Indonesia kita ini. Dengan keterangan itu jelas-lah bahwa Revolusi-Sosial tidak bersifa dan tidak mungkin bersifat “anti-nasional”, seperti yang diajukan oleh kebanyakan orang yang bermimpi. Kesimpulan dari uraian kita ini ialah bahwa “REVOLUSI SOSIAL HAKIKATNYA ADALAH REVOLUSI YANG MEMENTINGKAN KEBUTUHAN NASIONAL 100%.

Beginilah duduk soal yang sebenarnya.

Kita di Indonesia ini misal mempunyai PARTAI NASIONAL INDONESIA yang disandarkan kepada azas nasional dan tujuan nasional. Apakah ini mesti berarti yang segala golongan atau orang yang tidak bergabung dalam PNI itu tidak mempunyai hati dan perasaan nasional? Sudah tentu tidak begitu. Apakah mesti berarti bahwa PARTAI SOSIALIS ataupun MASJUMI misal tidak menyandarkan politiknya kepada kebutuhan dan kepentingan nasional? Sudah tentu tidak begitu. Meskipun PNI mengibarkan bendera NASIONAL akan tetapi kalau partai ini enggan menjalankan tindakan-tindakan yang selaras dengan tuntutan Rakyat marhaen yang berjuta-juta itu, enggan menghancurkan peraturan-peraturan kapitalis yang menggencet dan memeras Rakyat Pekerja Indonesia, partai ini tentu akan di tinggalkan Rakyat dan akan dihancurkan Rakyat Jelata sebagai partai yang bersifat dan berdasar anti-nasional. Demikian juga dengan PARTAI SOSIALIS atau KOMUNIS di Indonesia ini. Meskipun mereka mengibar-ngibarkan panji-panji SOSIALIS, akan tetapi apabila mereka Cuma berkhikmat mulut saja kepada SOSIALISME dan menjalankan politik borjuis kecil, politik social-reformisme, juga partai ini akan hilang “massa basis-nya” dikalangan Rakyat Pekerja yang berjuta-juta itu dan akan dicurigai kaum Buruh seperti partai yang juga bersifat anti-sosialis dan anti-nasional!

Menurut tilikan diatas, menurut pengetahuan yang jitu, memang salah sekali kita mempertentangkan pengertian Revolusi-nasional dan Revolusi-sosial. Pertentangan pengertian bukan terletak dalam kata-kata NASIONAL dan SOSIAL, tetapi perkataan “borjuis” dan “Proletaris”!

Maupun Revolusi borjuis-demokratis atau pun Revolusi-Proletaris kedua-duanya berupa dan merupakan perjuangan nasional, kedua-duanya bersandar dan musti bersandar kepada tenaga-tenaga nasional. Oleh karena itu-lah, maka Revolusi borjuis-demokratis dan Revolusi-sosial itu sama-sama bersifat nasional. Dipandang dari sudut mata nasional-umum adalah kedua macam Revolusi itu, soal-soal nasional yang sebadan dan senyawa, yang satu tingkatan yang pertama dan yang kedua tingkatan yang akhir.

Supaya bertambah tegas dan sampai keragu-raguan terhindar sama sekali, kita ulangkan disini kedua kalinya, bahwa di Negara jajahan seperti di Indonesia ini, mestilah “Revolusi-sosial” melalui gerbangnya “Revolusi borjuis demokratis”.

RADIKALISME SAMA DENGAN TROTSKYSME.

Apa yang kita uraikan diatas tadi adalah pengetahuan umum. Tidak ada orang yang terkejut mendengarnya sebab ini memang lazim di ketahui oleh tiap-tiap orang Sosialis. Ditengah-tengah suasana politik di Indonesia ini, dimana sentiment dan kepentingan sendiri kerap kali berkejar-kejaran dan intai-mengintai dan nafsu hati sering pula mengeruhkan sawang-sengit politik yang semakin hari semakin gelap, ada baiknya juga uraian yang semacam ini diulang-ulang sekalipun untuk mengingatkan saja.

Juga di Indonesia ini kita menemui anggapan yang mau menyelenggarakan Revolusi-Sosial dengan tidak memperdulikan hokum dan syarat perjalanan Revolusi. Nafsu terburu-buru yang radikal-radikalan tidak karuan saja dan tidak melihat serta tidak pula melihat akan keharusan fase Revolusi-Borjuis Demokratis, yang memang mesti kita tempuh terlebih dahulu, nafsu terburu-buru yang beralasan atas sentiment revolusioner ini meskipun gertakannya tampak Revolusioner, pada hakikatnya akibat semacam itu malahan bersifat “kontra Revolusioner”. Radikalisme yang serupa ini, sungguh-pun maksud asli yang menggerakkan itu di dukung oleh cita-cita yang jujur, hakikatnya cuma melemahkan tenaga nasional yang harus seluruhnya dipergunakan untuk mengangkat dan memikul Revolusi borjuis-demokratis lebih dahulu. Mereka yang lantas hendak melaksanakan “Revolusi Sosial” itu adalah orang yang tidak menopangkan pengetahuannya kepada teori Revolusioner, orang yang tidak merenungkan pengalaman sejarah Revolusi didunia ini. “Tidak ada perbuatan yang Revolusioner, kalau tidak bersandar kepada teori yang Revolusioner” itu adalah ajaran Lenin kepada kita. Ajaran yang sudah dipraktekkan dan sudah pula membuahkan hasil yang boleh kita uju dengan kenyataan.

Teori Revolusioner-lah yang menyatakan kepada kita melangsungkan Revolusi-Sosial di Negara agraris seperti di Indonesia ini, dimana tenaga Proletar-industri masih merupakan bagian yang terkecil sekali di tengah-tengah lawang laut kaum marhaen, yang sifatnya belum dan jauh dari Proletaris, sama artinya dengan mengaitkan zonder penggalan. Hanya mereka yang semata-mata mementingkan tenaga Proletaris, yang tidak memperhatikan soal-soal lain dari soal Proletar, yang tidak mau mem-pertautkan soal Proletar itu dengan soal-soal kaum Pekerja yang lain, mereka yang membuta saja kepada tenaga dan kemungkinan Proletaris, ini-lah orang-orang yang tergopoh-gopoh memburu Revolusi-Sosial sama sendirinya dengan tiada berkawan yang ramai.

Dengan jalan demikian kita melemahkan tenaga nasional sebab kita dengan jalan demikian meng-isolir tenaga Proletar dari tenaga nasional yang lain. Melemahkan tenaga nasional adalah berarti menghalang-halangi penyelenggaraan Revolusi borjuis-demokratis. Oleh karena Revolusi borjuis-demokratis itu pangkal dan permulaan dari Revolusi Sosialis, maka menentang dan menahan perjalanan Revolusi tersebut adalah berarti kita tidak menghendaki pergolakan “Revolusi Sosial” sama sekali. Begini-lah khasiatnya sentiment Revolusioner yang Cuma digerakkan oleh darah advonturir. Begini-lah pula akibatnya teori dan paham yang Cuma membuta saja kepada kemungkinan-kemungkinan dan tenaga-tenaga Proletar yang berada di dalam dan diluar negeri.

Ini-lah yang kita katakan “penyakit kiri”, ini-lah yang sebetulnya paham TROTSKYSME. Dibelakang nanti kita akan sering bertemu dengan paham-paham trotskysme ini.

PAHAM REFORMISME PENYAKIT KANAN !

Disamping “penyakit kiri” tadi, ada pula “penyakit kanan” yang penuh membelukari Revolusi kita. Sebagai reaksi dari “radikalimse kiri”, penyakit kanan lantas melompat ke ujung dahan borjuis-kecil dan disana berayun-ayun menidur-nidurkan Rakyat, supaya sedikit berdarah sabar, supaya Rakyat mengaso dahulu mengumpulkan tenaga-tenaga baru. Paham penyakit kanan ini hanya menyarankan bahwa kita Cuma menjalankan Revolusi borjuis-demokratis saja dahulu, sedangkan Revolusi-Sosial itu mesti ditolak jauh-jauh kebelakang. Penyakit kanan berangggapan bahwa Revolusi borjuis-demokratis dan Revolusi-Sosial itu dibatasi dengan “dinding baja” yang satu sama lainnya bergaris tajam-tajam dan lagi berjarak jauh. Ini adalah anggapan yang berlebih-lebihan (sterk overdreven), yang berurat dipaham borjuis dan borjuis kecil yang takut kepada kepada dan tidak menghendaki Revolusi-Sosial. Setidak-tidaknya paham yang mempunyai anggapan sedemikian ini, ikut menolong menahan dan memperlambat berlakunya Revolusi-Sosial atau Revolusi-Proletaris !!

Penyakit kanan ini tidak melihat atau tidak mau melihat bahwa Revolusi borjuis-demokratis dan Revolusi-Sosial itu hanya-lah dua fase dari Revolusi-Nasional. Kedua fase tersebut berturut-turut, bertaut-tautan dan berjawat-salam satu dengan lainnya artinya yang satu mengalirkan yang kedua dan yang akhir itu menjadi rukun dari fase permulaan. Revolusi demokratis akan tenggelam dilautan kekuasaan imperialism apabila pergolakan ini tidak dirunuti oleh Revolusi-Proletar artinya apabila kita melepaskan kemenangan dari Revolusi Demokratis tadi dari perjuangan kaum marhaen yang menuntut pergolakan social. Kalau paham trostkysme akibatnya meng-isolir tenaga Proletar dari tenaga-tenaga yang banyak, adalah paham penyakit kanan akibatnya meng-isolir “lapisan atas” dari Rakyat seluruhnya.

Kalau Revolusi borjuis-demokratis itu dipisahkan mati-matian, kalau kita beranggapan bahwa Revolusi itu tidak boleh dan tidak mungkin lantas diteruskan kepada akhirnya, artinya sampai Revolusi-Sosial, kalau kita mengadakan waktu-peralihan (overgangs-periode) antara dua fase tersebut yang diserahkan kepada pimpinan paham borjuis-kecil maka kita bisa menimbulkan dua macam bahaya yang tidak boleh dipandang:

1. Akibat pendirian tersebut akan menimbulkan dan menanamkan keyakinan dikalangan umum, seolah-olah Revolusi borjuis-demokratis ini hal peristiwa borjuis semata dan oleh karena itu perlu dan mesti dipimpin oleh golongan borjuis atau mereka yang keluar dari dan mewakili kebutuhan borjuis-kecil semata-mata. Konsekwensi dari pendirian ini ialah bahwa kaum Proletar dalam fase Revolusi borjuis-demokratis itu hanya mempunyai kewajiban menolong dan membuntut saja. Kaum Proletar harus sabar dan harus menunda dulu sebagala tuntutan mereka kebelakang sampai pembangunan nasional artinya pembangunan Negara yang didasarkan kepada demokrasi kapitalis dapat disempurnakan. Paham yang demikian itu tentu tidak dapat membawa Rakyat-Jelata, Rakyat-Marhaen yang berjuta-juta itu terlebih-lebih sekali tidak akan dapat menggerakkan hati kaum Proletar untuk berevolusi!

2. Akibat dari mengadakan “waktu peralihan” yang dipimpin oleh borjuis-kecil atau politik yang bertopang kepada paham borjuis-kecil, membukakan kesempatan untuk memperkokoh kapitalisme di Indonesia dan memberi kesempatan kepada imperialisme belanda untuk mem-pergunakan “waktu peralihan” itu guna memperseluk-belukan, membelit-belitkan kepentingan mereka dengan kebutuhan “nasional” kita artinya kebutuhan si kapitalis warna sawo (kapitalis pribumi) yang kelak akan di perkuda-kudakan oleh imperialis asing menentang Rakyat Pekerja bangsa sendiri.

Paham penyakit kanan yang berpolitik dan bersiasat meng-isolir tenaga Rakyat Pekerja dari soal Revolusi borjuis-demokratis yang tidak mem-butuhi kepercayaan Rakyat Murba Indonesia dalam menjalankan dan mempertahankan Revolusi tersebut, sudah tentu dan sudah mestinya akan terpaksa mengadakan kompromi dengan borjuis lain, artinya dengan imperialis yang datang hendak menguasai Indonesia kita. Sikap ini yang hakikatnya juga melemahkan tenaga nasional karena tidak sanggup menggempalkan tenaga nasional seluruhnya menstilah berenang-renang dan bercelimpung air sungai REFORMISME !!

Penyakit kanan ini dalam melompat mengelakkan bahaya trostkysme tergelincir ke-paham social-reformise dan oleh karena itu mengambil sifat-sifat yang kita sebutkan politik MENSEVIKS !! Dalam soal Revolusi Indonesia kita akibat paham menseviks dan trotskysme memang-lah banyak yang serupa dan selaran serta sering kali pula berkumpul-kumpul menjadi sepadu.

PENDIRIAN REVOLUSIONER YANG JITU DALAM SOAL REVOLUSI DI INDONESIA !!

Kalau pendirian trotskysme meleset kekiri dan pendirian reformisme atau menseviks tergelincir ke kanan dalam soal menyelenggarakan Revolusi kita di Indonesia maka tentu akan timbul pertanyaan di pikiran khalayak ramai bagaimanakah sebetulnya kita menghadapi soal Revolusi itu?

Ketetapan yang tidak dapat disangkal lagi, ialah Indonesia kita sebagai tanah-jajahan dan sebagai negeri-agraris (pertanian) mesti menjalankan Revolusi borjuis-demokratis terlebih dahulu yang batinnya bersifat kapitalis. Tetapi syarat yang penting untuk menjalankan Revolusi-demokratis ini ini sampai kepada kesudahannya, jaminan yang perlu supaya perjalanan Revolusi yang dimulai itu jangan patah ditengah, hendak-lah Revolusi tersebut, meskipun Revolusi-demokratis yang bersifat kapitalis harus dipimpin oleh tenaga Proletar, golongan masyarakat yang satu-satunya bersifat konsekwen Revolusioner dalam perjuangan menggempur IMPERIALIS dan KAPITALIS.

Hanya-lah dengan pimpinan Proletar yang merupakan diktatur kemenangan Revolusi-demokratis itu dapat dicapai dan dipertahankan.

Hanya-lah dengan pimpinan Proletar yang merupakan diktatur saja bisa terjamin dan mesti bisa dijamin bahwa “overgangs-periode” atau waktu peralihan tersebut tidak akan dijadikan batu loncatan oleh si imperialis dari luar oleh si borjuis-kecil dari dalam.

Hanya dalam pimpinan Proletar yang merupakan diktatur saja-lah kita mempunyai kemungkinan untuk membentuk dan membela demokrasi yang mesti mengalirkan dan bermuara ke SOSIALISME !! Hanya dengan pimpinan Proletar yang merupakan diktatur saja-lah kita dapat mengerahkan dan menggembirakan Rakyat Pekerja yang berjuta-juta itu.

Hanya dalam pimpinan Proletar satu-satunya saja-lah yang tidak bisa mengecewakan harapan kaum Pekerja, Rakyat-Jelata, Rakyat-Marhaen, Rakyat-Murba dan harapan si kaum Gembel yang melarat itu.
Hanya dalam pimpinan Proletar yang merupakan diktatur itu-lah yang sanggup dan konsekwen menjalankan revolusi-nasional yang betul-betul ber-azas ANTI-IMPERIALIST yang tidak mengenal damai dengan musuh imperlialist dari luar !!

Hanya dengan pimpinan Proletar yang merupakan diktatur saja-lah mungkin Revolusi borjuis-demokratis itu menjalin dan beralih menjadi Revolusi-Sosialis dengan tidak ter-tegun-tegun dan berbatasan tajam.
Supaya pembaca jangan salah mengerti mari-lah kita jelaskan sekali bahwa dengan pimpinan orang-orang Proletar semata-mata tetapi pimpinan yang berpaham Revolusioner-Proletaris yang mem-praktekkan teori Revolusioner Proletaris artinya pimpinan yang bertopang pada teori dan praktek BOLSEVIKS yang memakai paham BOLSEVIKS.

Sengaja kita catatkan disini sambil lalu agar orang jangan sampai salah sangka dan menganggap bahwa “pimpinan Proletar” itu harus-lah terdiri dari orang-orang Proletar melulu. Pemimpin dari orang-orang Proletar bukan selalu berarti pimpinan-Proletar yang sebenarnya, sebab memang-lah orang-orang proletar saja bukan-lah suatu jaminan untuk melaksanakan politik Proletar*. Pada pikiran kita ini sudah cukup terang bagi pembaca. Sebagai contoh kita tunjukkan saja Ebert dan Hitler di Jerman, Mac Donald dan Bevin di Inggris, Vlagen dan Polak di Belanda dll !! Bukan orangnya tetapi paham politik yang dijalankan yang mesti dijadikan pedoman dan ukuran !!

REVOLUSI KITA SANGAT KEKURANGAN KADER REVOLUSIONER DAN TIDAK MEMPUNYAI IDEOLOGI YANG KOKOH.

Diatas kita uraikan bahwa Revolusi kita harus dipimpin oleh paham Revolusioner Proletaris sebagai satu-satunya jaminan yang boleh menyelenggarakan Revolusi nasional kita yang harus dipimpin oleh politik BOLSEVIKS yang tidak menghendaki trotskysme dan tidak pula menaklukkan diri kepada social-reformis. Tetapi sayang pimpinan yang dibutuhkan Rakyat dalam Revolusi kita itu tidak ada dan belum ada!! Ketiadaan pimpinan Revolusioner yang ber-paham Bolseviks di waktu pecah Revolusi kita, ini-lah sumber kekalutan dan kekacauan paham politik yang bertarung di gelanggang rammai, ini-lah sebab-nya maka paham trotskysme dan menseviks di Indonesia kita ini bisa meraja-lela. Ini-lah pokok-pokok kesalahan langkah yang kita alami dan derita sekarang ini.

Segala-gala ini bukan suatu umpatan kepada siapa-pun tetapi Cuma suatu keterangan dan penegasan belaka. Apa yang terjadi sudah memang mesti terjadi dan siapa tahu barang-kali sudah pada tempatnya mesti terjadi. Tiap-tiap Rakyat itu akan memperoleh pimpinan dan pemerintahan yang selaras dengan keadaannya !!

ISINYA REVOLUSI BORJUIS DEMOKRATIS DAN REVOLUSI SOSIAL !!

Apakah isinya dan apakah maksudnya Revolusi Borjuis Demokratis itu ?? UJUD DAN ISI dari Revolusi Borjuis Demokratis itu adalah merubuhkan kekuatan imperialis di Negara jajahan. Di Indonesia kita ini adalah ujud dan isinya tidak lebih dan tidak kurang daripada membasmi kekuasaan imperialis belanda, meng-enyahkan kekuasaan Negara dan bangsa asing di Negara kita, menegakkan kekuasaan dan pemerintahan bangsa sendiri yang berdaulat sepenuh-penuhnya !! Jadi perhatikanlah baik-baik, yang Revolusi Borjuis Demokratis tidak lebih ujudnya dan tidak pula mungkin lebih ujudnya daripada menyelenggarakan kekuasaan kebangsaan demokratis, yang masih bersandar pada azas-azas kapitalis dan pada hakikatnya terpaksa mesti berdasarkan kapitalis dahulu. Siapa yang menghendaki lebih daripada itu dia Cuma memakai sentiment belaka, tidak mempergunakan mata dan kepala, setidak-tidaknya tiada memakai teori Revolusioner ! Segala tenaga kebangsaan, segala kekuatan Rakyat Indonesia mestilah dipusatkan kepada menegakkan dan mempertahankan kekuasaan kebangsaan tadi, sekalipun kekuasaan kebangsaan kapitalis!

Revolusi Borjuis Demokratis tidak menghendaki pembalikan susunan masyarakat yang menjadi isi dan rukun dari Revolusi Sosial, yaitu kewajiban dan tujuan yang terakhir dari REVOLUSI NASIONAL kita. Sebaliknya pula Rakyat Jelata umumnya dan kaum Proletar khususnya, yang tidak boleh lebih menghendaki daripada yang telah diuraikan diatas tadi, juga tidak pula bisa dan tidak pula mau menerima kurang daripada isi, yang sudah digaris itu. Rakyat Jelata dan marhaen yang berjuta-juta jumlahnya itu Cuma ada merasa berkepentingan kepada sesuatu pemerintahan kebangsaan yang mempunyai kemungkinan untuk membukakan jalan ke arah SOSIALISME. Bagi Rakyat Pekerja yang setepatnya harus dikepalai oleh pimpinan Proletar yang telah kita bicarakan diatas hanyalah masyarakat SOSIALISME satu-satunya syarat yang bisa dan mungkin membawa kepada perbaikan nasib mereka yang boleh mendatangkan kemakmuran, kesentosaan dan keamanan yang abadi untuk Rakyat Pekerja seluruhnya.

Ini-lah makna pertempuran Proletar diseluruh dunia itu, ini-lah isi perjuangan kelas diseluruh sejarah Revolusi dan ini-lah pula sebab-sebabnya maka pahlawan-pahlawan Revolusioner Proletaris tidak ayal mengorbankan kesenangan diri, tidak enggan menumpahkan darah dan jiwa semata-mata guna menggempur dan menghancurkan kapitalisme yang memeras, menggencet, menindas dan memperkosa kelas kaum Pekerja, yang mengintip, memburu, menyiksa dan membunuh penganjur-penganjur mereka! Tidak ada politik Revolusioner Proletaris, politik Bolseviks yang berusaha menghalau kekuasaan kapitalis yang satu untuk menolong atau memperkuat kekuasaan kapitalis yang lain.

Rakyat Murba Indonesia apabila ia memegang pedoman yang jitu, apabila ia tidak mau diperkuda-kudakan dengan semboyan dan petitih saja, apabila ia menjalankan politik Revolusioner yang merdeka, Rakyat Murba Indonesia Cuma bisa dan boleh menyokong pemerintahan kebangsaan, Cuma boleh taat kepada pemerintahan kebangsaan yang benar-benar bebas sepenuh-penuhnya dari kekuasaan asing yaitu pemerintahan Indonesia yang berdaulat tidak terbatas atau tidak dibatasi terhadap kedalam dan keluar Negara Indonesia!

Sebab ini-lah syarat yang terpenting dan kemungkinan yang satu-satunya untuk meneruskan REVOLUSI NASIONAL kita sampai ke akhirnya, yaitu untuk melaksanakan REVOLUSI SOSIAL!!

KEDAULATAN INDONESIA YANG SEPENUH-PENUHNYA DITANGAN KITA!!

Indonesia berdaulat yang tidak terbatasi dan dibatasi, ini-lah syarat utama untuk menjaga supaya pemerintahan kebangsaan kita yang batinnya belum menjadi pemerintahan Sosialis, supaya bisa bertindak seleluasa-leluasanya selaras dengan kebutuhan dan kepentingan Rakyat Jelata.
Indonesia berdaulat yang tidak terbatasi dan dibatasi, ini-lah satu-satunya jaminan yang akan menghindarkan pemerintahan kebangsaan kita diperkuda-kudakan oleh imperialis asing yaitu imperialis belanda!

Indonesia berdaulat yang tidak terbatasi dan dibatasi, ini-lah satu-satunya kemungkinan buat menghindarkan pertempuran Rakyat marhaen menentang pemerintahan kapitalis Indonesia karena pemerintahan yang sedemikian tidak dilihat Rakyat dan tidak mungkin dapat dilihat Rakyat sebagai uluran-tangan dari jentera imperialis asing!

Indonesia berdaulat yang tidak terbatasi dan dibatasi, ini-lah satu-satunya syarat yang boleh membukakan kemungkinan untuk menyelenggarakan cita-cita dan tuntutan Rakyat Indonesia sepenuh-penuhnya, setidak-tidaknya sebanyak-banyaknya.

Indonesia berdaulat yang tidak terbatasi dan dibatasi, ini-lah satu-satunya jembatan kita sama kita yang mungkin menyeberangkan Rakyat Pekerja di Indonesia secara demokratis dari susunan masyaraat kapitalis ke susunan masyarakat Sosialis.

Indonesia berdaulat yang tidak terbatasi dan dibatasi, ini-lah satu-satunya kemungkinan untuk mendirikan dan membentuk pembangunan Negara baru yang tidak bersangkut-paut dengan akar-akaran penjajahan imperialis belanda dahulu!

Pendek kata Revolusi Borjuis Demokratis hanya berarti dan bisa berarti kalau Revolusi ini betul-betul bersifat konsekwen ANTI-IMPERIALIS dan sejalan dengan itu membukakan kemungkinan buat meruntuhkan, setidak-tidaknya melemahkan system kapitalis di Indonesia dan buat memasang sendi-sendi susunan masyarakat Sosialis. Revolusi Borjuis Demokratis, yang tidak 100% konsekwen anti-imperialis, yang tidak hendak diteruskan kepada pembalikan system kapitalis di Indonesia, sudah tentu dan memang boleh dijamis akan PATAH DI TENGAH, serta sudah tentu dan memang boleh dijamin pula akan menimbulkan reksi yang tidak kita kehendaki.

APA SEBAB KITA MESTI MENUJU KEARAH SOSIALIS!

Sebelum kita meneruskan uraian kita tentang kesesatan-kesesatan langkah yang telah diperbuat oleh Revolusi kita, semenjaknya meletusnya pergolakan nasional di tahun 1945, terlebih dahulu kita hendak member jawaban atas pertanyaan yang banyak timbul di-hati sanubari orang-orang “nasionalisten” yang kerap kali tergantung di bibir mereka yang memandang bahwa memburu masyarakat Sosialisme seolah-olah menjalankan perbuatan dajjal yang katanya berlawanan dengan kemauan nasional.

Pertanyaan yang sering di kemukakan ialah: “Apa sebab Revolusi ktia mesti menuju kearah penyelenggaraan SOSIALISME di Indonesia? Apakah tidak mungkin Rakyat Indonesia menjadi makmur, Negara Indonesia menjadi aman-sentosa, kalau kita perbaiki saja kapitalisme belanda itu, kita laksanakan menurut kebutuhan nasional kita sendiri?”.

Sekali-pun soal ini telah berkali-kali dijawab dari pihak orang-orang Sosialis sehingga sudah menjadi pengetahuan umum dikalangan Rakyat kita tetapi tentu salah sekali, kalau kita dengan menarik bahu saja mengelakkan diri dari pertanyaan yang dikemukakan kepada kita itu.

Diatas telah kita uraikan sambil lalu bahwa seorang Indonesia yang betul-betul berhati dan ber-perasaan nasional, yang sungguh-sungguh bercita-cita nasional 100% tidak boleh tidak ia mesti menghendaki dan menciptakan SOSIALISME untuk Rakyat Indonesia artinya tidak boleh tidak ia mesti menjadi pahlawan perjuangan Sosialis. Hanya-lah orang Sosialis dan Komunis yang benar-benar konsekwen dan siap sedia buat melebur system kapitalis di Indonesia ini maka dialah yang hakikatnya berdarah dan berpaham nasional. Sebab dengan cara menghancurkan dan menghilangkan system kapitalis sajalah, kita sanggup menjamin kemakmuran seluruh Rakyat kita dari kaum intelek sampai kepada kaum gembel-gembel yang dibawah-bawah itu. Hanya dengan pembangunan masyarakat Sosialis sajalah kita mempunyai kemungkinan untuk menjamin bahwa segala kebutuhan dan kepentingan nasional sejati dapat diselenggarakan dan di sempurnakan.

Kita sengaja mempergunakan kata sejati di belakang kata NASIONAL itu karena umumnya tidak selalu perkataan nasional tepat menutup arti yang dimaksud. Terlampau sering sekali sebetulnya perkataan nasional kita dipermain-mainkan. Kata nasional itu diperjual-belikan dan dipersundalkan dipasar percelotehan. Perkataan nasional itu ditempelkan kesana kemari, di ucapkan kesana, di totohkan kian kemari bak mengapit daun kunyit, bak mengarak kepala harimau! Segala-gala memakai corak dan bendera nasional. Semuanya digembar-gemborkan, disorak-soraikan dengan dengung dan nyanyian nasional. Apa yang tidak nasional ?? Kebutuhan nasional, Kemerdekaan Nasional, Kemakmuran Nasional, Keperluan Nasional, Persatuan Nasional, Cita-cita Nasional, Keuntungan Nasional, Pemerintahan Nasional, Tentara Nasional, Penyatutan Nasional, Korupsi Nasional, Penyerobotan Nasional dan nasional segala-galanya!

Perkataan nasional itu, berdentang-dentang setiap hari di dengar dari sorotan radio, menentrang dimana-mana pojok dan tembok, berapi-api disemburkan dalam perdebatan, merayu-rayu dilagukan oleh ahli politik di muka Rakyat, sehingga tidak juga lagi seorang pun yang tahu aka nisi pengertian nasional yang sebenarnya. Tidaklah guna diterangkan disini lebih jauh bagaimana seringnya orang memakai bendera nasional penutup muatan yang tidak selaras. Kebutuhan, kemakmuran, keperluan segolongan, acap kali benar di sodorkan sebagai kebutuhan, kemakmuran dan keperluan nasional.

Kemerdekaan kaum kapitalis, persatuan kaum borjuis, keuntungan dari pemilik-pemilik pabrik, dsb mudah sekali diselundupkan kebawah kemerdekaan, persatuan dan keuntungan nasional. Apa yang dikatakan tentara nasional, lihat-lah misal tentara chiang kai sek di Tiongkok menghadapi Buruh dan Petani bangsa sendiri! Ini bukan suatu keajaiban tetapi suatu keharusan. Dimana-mana Negara kapitalis, demikian juga di Indonesia, yang berdasarkan susunan kapitalis, sebab ini tidak dapat dihindarkan oleh siapapun juga.
Pengalaman sejarah cukup menunjukkan kepada kita artinya nasional kapitalistis. Dengan alasan nasiona Negara-negara fasis telah menyerbu dan merompak pagar Negara asing. Dengan semboyan “kepentingan” dan “kebutuhan” nasional, Hitler menggencet seluruh kaum Pekerja di Jerman, guna keperluan kaum industry, kaum tuan tanah dan bankir-bankir disana. Dengan alasan kebutuhan nasional pemerintah belanda pernah menjalankan penghematan yang bukan-bukan guna kebutuhan kaum ondernemers di negeri belanda. Atas nama ketentraman nasional sering-kali pula hak-hak demokrasi dirobek-robek dengan ujung bayonet dari tentara nasional, semata-mata untuk mempertahankan ketentraman si kapitalis menggencet dan memeras titik peluh Rakyat Pekerja yang banyak.

Demikian lazim-nya para pengoceh mempergunakan dan mencoba memaknakan kata-kata nasional, demikian-lah biasanya orang mengolok-olokan dan mengecoh khalayak ramai dengan sebutan nasional tadi. Demikian-lah pula khalayak pendengar yang tidak berpikir dan mau berpikir, khalayak yang suka turut-turut saja, lazim mengartikan kata nasional yang disajikan orang kehadapan mereka.

Padahal yang sebenarnya dimaksud oleh perkataan NASIONAL bukan-lah demikian. Perkataan nasional itu dibentuk dari kata asing NATION, arti-asli dari kata NATION adalah Rakyat Seluruhnya. Perkataan NATION meliputi segala lapisan, golongan dan bagian-bagian yang merupakan Rakyat seluruhnya! Jadi yang dimaksudkan oleh perkataan Nasional bukan-lah selapisan, segolongan atau sebagian Rakyat saja. Maksud arti kata nasional itu bukan-lah kaum ningrat atau priyayi semata-mata, bukan-lah kaum borjuis dan para pencatut belaka, bukan-lah golongan kaum intelek-intelek yang tidak atau berdiploma itu, bukan-lah hanya golongan pamong praja dengan atau zonder korupsi, bukan-lah kaum tuan-tuan tanah dan pemungut riba semata-mata, ia malahan juga bukan kaum Proletar ataupun kaum Tani melulu, akan tetapi seluruh Rakyat itu. Menurut syarat-syarat demokrasi yang sejati maka bagian yang terbesar dan terbanyak dari Rakyat tersebut itulah yang sebetulnya men-tahlikkan dan mesti mentahlikkan tubuh seluruhnya. Maka sebab itu-lah pula arti kemakmuran-nasional mestilah dimaknai sebagai kemakmuran seluruh Rakyat, setidak-tidaknya kemakmuran dari bagian yang terbanyak dan terbesar dari Rakyat yang dimaksudkan yaitu KEMAKMURAN KAUM PEKERJANYA!

Jadi terang-lah sudah kalau kita mempergunakan terminology nasional tidak, tidak lain yang kita maksudkan dan boleh kita maksudnkan daripada Rakyat seluruhnya, artinya seluruh Rakyat Pekerja, maupun yang dikota-kota, maupun yang berada dikampung-kampung dan dipelosok-pelosok desa Indonesia. Jikalau kita mengatakan Revolusi Nasional, bukan-lah kita maksudkan dengan itu mungkin kita maksudkan dengan perkataan itu Revolusi dari segolongan atau beberapa golongan masyarakat kita saja. Ini memang perlu sekali di ulangi disini berkali-kali supaya dapat kita jadikan pokok bicara dan ukuran pemandangan. Sebab memang masih banyak sekali badut-badut politik yang suka menoda-nodai perkataan tersebut, mem-perguraukan kata nasional dan semboyan Revolusi-Nasional itu, sehingga mengkerik-ngiankan bulu badan yang mendengarnya.

Revolusi Nasional bukan-lah hal-ikhwal sesuatu golongan masyarakat saja, tidak-lah mesti dijadikan soal segolongan saja dan mesti dipersoalkan oleh segolongan yang teristimewa itu. Lebih berbahaya lagi apabila soal nasional ini dimonopolikan atau hendak dimonopolikan oleh segolongan atau beberapa golongan di Indonesia kita ini. Ikhtiar dan uslihat untuk mencoba menjadikan Revolusi-Nasional kita sebagai Revolusi-segolongan, malahan pula sebagai Revolusi-segerombolan saja, bagaimana baik pun maksud yang dituju, bagaimana juga ridho hati yang menjalankan, ikhtiar dan muslihat yang semacam itu mesti akan terjerumus masuk kawah REAKSI. Sebab segolongan atau serombongan dari Rakyat kita tidak akan mungkin sanggup menjalankan dan menyelenggarakan rukun Revolusi-Nasional kita.

REVOLUSI NASIONAL CUMA BISA DIANGKAT, DISELENGGARAKAN, DITERUSKAN DAN DILANGSUNGKAN OLEH RAKYAT SELURUHNYA, TERUTAMA OLEH KAUM PEKERJANYA SEKALI, DIBAWAH PIMPINAN POLITIK PROLETAR!

Dalam masyarakat kapitalis, masyarakat yang belah dua dan terdiri dari kelas yang makmur dan memeras serta kelas yang melarat dan terperas, maka sudah tiada dapat disingkiri lagi, yang arti kata NASIONAL itu mesti meliputi salah satu golongan yang berkuasa saja. Paham nasional adalah paham mereka yang memegang kekuasaan. Pengadilan nasional adalah pengadilan mereka yang hendak membela hal-hal kekuasaan mereka. Begitulah selanjutnya.

Dikalangan orang-orang nasionalist, dilapangan partai-partai nasional tidak sedikit pujangga-pujangga politik yang benar-benar memikirkan nasib Rakyat Indonesia yang berjuta-juta itu, yang sungguh-sungguh hendak mengangkat derajat dan memperbaiki kemakmuran hidup Rakyat seluruhnya. Kita menghormati cita-cita mereka, kita menjunjung tinggi akan kemauan dan ikhtiar mereka itu. Kita yakin kalau benar mereka berhati jujur kepada Rakyat yang banyak dan tidak lebih dahulu memikirkan kantong dan kursi sendiri, bahwa mereka tentu akan memperkuat perjuangan merebut SOSIALISME. Apa sebabnya??

Karena nasib Rakyat Murba, Rakyat marhaen, Rakyat Jelata, nasib Rakyat pekerja seluruhnya, maupun yang bekerja dengan otak maupun yang bekerja dengan tangan, hanya bisa menjadi baik, mereka hanya dapat terlepas dan dilepaskan dari genggaman penindasan, pemerasan, peng-gencetan dan kemelaratan hidup, jikalau mereka itu terlepas dan dilepaskan dari cengkraman KAPITAL yang artinya kalau kita siap sedia menghancurkan dan melebur KAPITALISME di Indonesia kita ini dan bertindak membangunkan masyarakat baru, masyarakat yang tidak mengenal berkelas-kelas yaitu menyusun masyarakat SOSIALISME! Tiap-tiap orang nasionalis yang memikirkan nasib hidup Rakyat Indonesia yang berjuta-jutaan jumlahnya itu, mestilah cinta kepada Sosialisme dan mau tidak mau mestilah terpaksa berpaham Sosialis dan menuntut aturan-aturan yang dikehendaki SOSIALISME itu. Alangkah salah dan bodohnya percelotehan politik yang menotoh-notohkan seolang-olah paham Sosialis bersifat ANTI-NASIONAL!

REVOLUSI NASIONAL MESTI BERISI SOSIALISME.

Revolusi Nasional supaya ia betul-betul merukunkan sesuatu Revolusi, hendak-lah mengandung isi Sosialisme artinya ia mesti menuju dan ditujukan kepada pembalikan masyarakat yang ada. Penukaran komando saja dari suatu tangan ke lain tangan, meskipun dari tangan putih ketangan warna sawo, ini sebenarnya bukan berarti suatu “Revolusi”, sungguh-pun memang sering perkataan ini dipakai oleh pembicaraan umum untuk mengutarakan keadaan pertukaran tersebut. Seperti kata nasional itu dipermain-mainkan, begitu-lah pula perkataan “Revolusi” itu sering diperjual-belikan di medan politik.

Dunia Cuma mengenal beberapa Revolusi saja. Di zaman belakangan, maka sejarah masyarakat kita mengalami dua macam Revolusi, yang sesungguhnya merukunkan Revolusi yaitu Revolusi borjuis Perancis dan Revolusi Proletaris Rusia, yang kedua-duanya bersifatkan nasional dan mempunyai akibat internasional. Revolusi borjuis menjungkir-balikkan sususan masyarakat raja-raja (Feodal) dan menegakkan susunan masyarakat baru yaitu masyarakat KAPITALIS! Revolusi Proletaris Rusia menjungkir-balikkan susunan masyarakat kapitalis dan menegakkan susunan masyarakat baru yaitu masyarakat SOSIALIS! Ini-lah hakikat artinya Revolusi secara per-ilmuan.

REVOLUSI NASIONAL YANG BUKAN REVOLUSI!

Sejarah masyarakat dan bukti-bukti sejarah Revolusi telah menunjukkan dan member pelajaran kepada kita bahwa hakikatnya suatu Revolusi bukan-lah terletak dalam kedahsyatan bertempur saja. Berbanjir-banjiran darah, bunuh-bunuhan, pengorbanan beribu-ribu manusia, bertukar-tukaran komando dan pemerintah, segala-galanya itu hanyalah syariat dan rupa perjuangan saja tetapi belum menentukan bahwa perjuangan itu sendiri mempunyai sifat Revolusi. Ada tidaknya perjuangan itu berarti dan bersifat Revolusi tergantung pada ujud dan arahnya perjuangan itu. Ujud dan arah suatu Revolusi ialah menentang dan meruntuhkan kekuasaan yang bersimaharajalela, merubuhkan dan merampas perkakas jentera kekuasaan masyarakat tersebut dan mengadakan kekuasaan baru dan jentera-jentera baru. Segala-gala ini diajarkan oleh Lenin kepada kita dalam bukunya yang amat penting yaitu “Negara dan Revolus”. Seorang bapak Revolusi Rusia, pendekar Revolusioner yang masyur itu, yang telah diakui kepiawaiannya, telah mempraktekkan teorinya dalam Revolusi Rusia.

Merampas dan merubuhkan jentera-jentera kekuasaan kapitalis-imperialis itu artinya bukan saja menghancurkan organisasi-organisasinya tetapi terutama sekali merubuhkan dan menghancurkan paham-paham kapitalis-imperialis itu, memberantas ideology borjuis-kecil yang bersimaharajalela dalam masyarakat kapitalis!

Arah dan ujud perjuangan Cuma dapat ditentukan oleh ideologinya. Pertempuran yang tiada bermaksud merubuhkan susunan masyarakat yang ada, perjuangan yang tiada ditunjukkan kepada pembasmian faham-faham dan ideologinya borjuis yang hakikatnya menjadi dasar dan topangan lahir-batin kepada kekuasaan dan pesawat kapitalis itu, usaha-usaha yang hanya hendak memperbaiki dan memperbaharui serta dengan demikian hakikatnya memperteguh jentera pesawat kapitalis saja karena itu memperkokoh kapitalis-imperialis tiada dapat kita katakan suatu Revolusi yang sebenarnya.

Perampasan kekuasaan oleh Mussolini di Italia, oleh Hitler di Jerman dan oleh Franco di Spanyol, sungguh-pun kerap kali disebut para pembicara sebagai suatu “Revolusi Nasional” tetapi pada hakikatnya segala-gala ini bukan-lah Revolusi sejati. Hanya-lah pergolakan atau pembalikan yang vertical dari bawah ke atas, itulah yang sebetulnya bersifat Revolusioner dan bukan-lah pertukaran dan per-angsuran yang horizontal saja.

Apakah tiada cukup kalau kita Cuma menoleh dan mengikuti contoh-contoh perjuangan Garibaldi, Kemal Pasha, Masaryk, Chiang Kai Sek dan lain-lain yang mungkin dan juga sanggup menegakkan dan mempertehankan “Negara Nasional” masing-masing? Kita tidak akan menguraikan disini keadaan dan kedudukan satu-satu dari Negara-negara tersebut. Kita Cuma hendak mencatat disini sambil lalu bahwa Negara-negara tersebut disusun beberapa tahun yang sudah, dimasa keadaan yang berlainan di masa pengriapan KAPITALISME dan sebelum KAPITALISME-DUNIA sampai mencapai keadaan yang sekarang ini!

Di zaman imperialism ini, dimana untuk kapitalisme internasional dan nasional sudah tiada pintu jalan lagi selain dari liang-lahat, dimana susunan kapitalis itu dalam lingkungan nasional dan internasional hanya bisa dipertahankan dengan cara kekerasan, kekejaman, kebuasan yang tidak terhingga, maka tiap-tiap politik dan mencoba memperteguh kapitalisme dengan jalan apa saja, yang akan ber-ikhtiar secara tindakan reformis atau politik yang bersifat reformis, mestilah akan gagal dan mestilah akan sama-sama terperosok ke jurang fasisme biar bagaimana-pun juga ajaibnya kedengaran ramalan ini.

Ikhtiar politik yang hanya di tunjukkan guna memperbaiki dan mem-perbaharui pesawat kapitalis itu saja dan tidak kepada menghancurkan dan menukar susunan kapitalis tersebut sudah tentu juga akan terpaksa melakukan kekerasan, kekejaman dan kebuasan kepada kaum pekerja yang jadi dan mesti menjadi anak-umpan dan landasan mesin kapitalisme itu, apabila datang waktunya perjalanan pesawat kapitalis yang akan sendat dan mesti sendat lagi itu terpaksa “pemerkosaan” dilancarkan! Politik reformisme terhadap kepada kapitalisme mau tidak mau mesti akan bermuara kerawa-rawa FASISME, setidak-tidaknya politik reformisme itu akan menyediakan sendi-sendi untuk perumahan FASISME.

Apakah orang nanti akan memakai perkataan ini atau barangkali perkataan DEMOKRATISME, NATIONALISME, MODERNISME, PERSATUANISME atau ISME-ISME lain, itu tidak akan kita persoalkan dan tidak akan merubah soal ini. Selama KAPITALISME itu tidak dihancurkan, selama ia disempatkan hidup, stelsel tersebut akan menempuh perjalanannya sendiri dan akan tunduk kepada hukum-hukum hidupnya. Hukum-hukum yang menjadi syarat dari perjalanan KAPITALISME itu, tidak dapat di tundukkan oleh warna kulit, oleh kejujuran hati seseorang, oleh seribu Al-Fatihah ataupun oleh populeritas dan pendustaan siapa saja.

Tidak ada komentar: