Pages

Jumat, 30 Juli 2010

Bung Sjahrir dan Politik Luhur

Untuk jiwa klasik, dunia akan serba luas dan bukan sempit dan picik, hidup itu mulia dan tak pernah hina, seni selalu indah dan tidak jahat, dan manusia adalah makhluk penuh bakat yang harus diolah dan dikembangkan. Kebudayaan akan dibuat abadi oleh jiwa-jiwa klasik ini, politik menjadi perkara yang luhur, dan ilmu pengetahuan akan terbuka cakrawalanya seluas kaki langit karena pikiran dan jiwa sanggup menerobos batas-batasnya sendiri. (Sutan Sjahrir, Renungan dan Perjuangan, h. 117)

Membaca kembali tulisan-tulisan Sutan Sjahrir jiwa saya merinding. Sungguh pintar, cerdas dan penuh pemahaman tokoh ini. Ia yang dari sedari awal ikut memerdekakan Indonesia, ternyata ambisinya bukanlah kekuasaan. Di dalam hatinya, ia tidak ingin jadi presiden. Keinginannya hanya agar manusia menjadi bebas. Kebebasan menurut Sutan Sjahrir seperti diuraikan oleh Ignas Kleden adalah bukan sekedar kebebasan politik, tetapi keluasan dan keleluasaan jiwa, yang memandang dunia dengan gembira tanpa prasangka, yang tidak terhambat oleh kekangan dan kecurigaan-kecurigaan yang sempit.

Betapa jauh kondisi kita saat sekarang ini dari harapan Sutan Sjahrir tersebut. Poltik kita hanya ditujukan untuk kekuasaan, memperkaya diri dan keluarga. Malu kita sudah tidak ada, korupsi di mana-mana, semua seperti sekumpulan penyakit yang keluar dari kotak Pandora, korupsi mewabah menyerang siapa saja. Dan sepertinya negara ini tak akan pernah membaik paling tidak untuk satu atau dua dekade ke depan.

Politik menjadi perkara yang luhur mungkin tak akan pernah tercapai. Beragam partai politik, beragam aliran, beragam kepentingan, beragam kemauan, hampir semua itu tidak ada yang berusaha mencari persamaan. Semuanya ingin berbeda dari yang lain, ujung-ujungnya tidak jauh-jauh: uang. Seberapa banyak uang yang bisa didapatkan, seberapa banyak yang bisa disimpan di safety box dan kalau bisa seberapa lama bisa mempertahankan jabatan atau kekuasaan agar uang terus mengalir tanpa henti. Sungguh bukan ini yang diinginkan oleh para pendiri negara ini.

Para pemangku kuasa sadarlah,,,,

Tidak ada komentar: