Pages

Jumat, 30 Juli 2010

Sistem Jenius itu Bernama Korupsi

Korupsi itu kalau boleh saya padankan dengan: ‘mencuri’, ‘ngembat’, ‘maling’, ‘ngutil’, ‘ngrampok’ dan segala kata yang sepadan dengannya atau lebih seram darinya.

Korupsi yang sudah menjadi sebuah sistem sudah tak dianggap sebagai perbuatan tabu bagi pelakunya. Namanya juga sudah menjadi sistem, siapapun yang duduk dalam institusi yang terlanjur terkait dengan sistem korupsi ini, ya harus ikut dalam alur sistem. Kalau ada yang mencoba untuk berbeda dengan sistem yang ada atau bahkan ada yang mencoba melawan arus sistem ini, maka tunggulah kehancuran si orang tersebut.

Dalam sistem korupsi, berlaku logika kebalikan. Warna merah bisa dianggap biru, hitam boleh saja dikatakan putih, kalau; sistem korupsi menghendakinya demikian. Bagi yang mencoba berbeda dengan sistem jenius ini, maka dianggap ’subversif’, ‘tidak nasionalis’, ‘tidakcengli’, ’sok suci’, ’sok alim’ dan lain sebagainya, bahkan pada sebutan ‘pengkhianat’.

Sistem korupsi yang sudah terbangun puluhan tahun sudah sangat mengakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari mulai tender bernilai triliunan dan utang luar negeri pun harus bersinggungan dengan sistem yang satu ini. Dari meja-meja mewah diruangan ber AC hingga di jalan-jalan raya yang kumal berdebu, bahkan hingga pelosok desa. Petani yang membeli pupuk dengan harga tak wajar, barangkali bisa dijadikan bukti adanya pengaruh dari sistem ini.

Sistem raksasa yang namanya korupsi sudah menjadi kiblat dan acuan dalam pembuatan UU, barangkali lenyapnya ‘ayat tembakau’ menjadi bukti sakti adanya indikasi kesana.

Saya yakin masih banyak pribadi jujur yang bekerja dengan tulus ikhlas demi bangsa dan negara, akan tetapi mereka tak kuasa melawan sistem yang sudah menjadi alat teror paling efektif di negeri ini.

Tidak ada komentar: