Pages

Kamis, 05 Agustus 2010

Ramadhan: BER-ISLAM berarti MEMIHAK RAKYAT untuk MELAWAN PENINDAS.

Setiap hari terlihat lalulalang anak2 usia sekolah dan ibu2 diemperan toko. lampu merah bahkan didepan rumah Tuhan. paras muka mereka yang pucat serta pakaian yang kusut sangat menyakitkan. orang2 yang berhati manusia akan tersentuh nalurinya hanya orang yang berhati iblis yang mendengki dengan pemanpilan mereka. tingkah laku orang ini hanya membutuhkn sesuap nasi untuk bertahan hidup, karena mereka tahu tuhan penyayang umatnya. nasib anak2 itu seharusnya berada dibangku sekolah tetapi biaya pendidikan yang membuat mereka harus berbuat begitu. begitu juga ibu tua yang setiap hari menggendong anaknya dipinggir jalan, tiap hari si ibu menghadapi persoalan yang sangat rumit mulai dari makan hari ini dan baju anaknya yang harus diganti.
kemiskinan yang menyelimuti diri mereka sangat kontra dengan perilaku dan gaya hidup orang2 disekeliling mereka, padahal disamping kontrakan ibu tadi terdapat bangunan megah dengan fasilitas mewah mobil yang lebih dari satu dipampang di depan garasi kadang kala hanya dijadikan tontonan masyarakat sekitar. kekayaan dijadikan sebagian orang menjadi banyolan ditengan jeritan kemiskinan, yang lebih jahanam lagi para pejabat negara yang meminta kenaikan gaji dan fasilitas lainnya. kondisi ini menimbulkan nada sumbang bahwa 'indonesia diperkenankan dipimpin oleh orang jahat' negeri yang sombong dengan mayoritas masyarakat muslim ini akan marah besar dengan persoalan poligami dan penampilan para biduan dangdut tetapi tidak gampang marah dengan dengan melihat pemimpinnya yang mengaku muslim tapi melakukan tindakan korupsi. gerakan keagamaan hanya rajin mengeluarkan fatwa tapi hanya diam melihat koruptor bebas dari hukuman. tingginya harga bahan pokok, biaya BBM dan tarif dasar listrik yang mencekik leher, pendidikan yang mahal, biaya kesehatan yang tidak terjangkau. mungkin para penguasa tidak sempat mengecek akal sehat mereka. apalagi yang lebih murkah beramai-ramai naik haji dengan biaya negara, seolah-olah berkunjung kerumah tuhan lebih mulia daripada anggaarannya dialihkan pada pengentasan kemiskinan.
dibalik itu yang lebih mencemaskan adalah para ulama yang hanya diam melihat ketimpangan itu semua, karena sikapnya yang hanya diam. tetapi gampang tersinggung pornografi, poligami dengan berbagai fatwa atasnama Tuhan. iman mereka tdak tersinggung dengan kemiskinan, gerakan keagamaan tidak cemas dengan ketergantungan negara pada utang luar negeri bahkan tidak marah dengan aset negara yang dijual kepada pihak asing.iman terus menerus disuarakan namun hanya setingkat persoalan terorisme belum merasuk kepada struktur kehidupan yang lebih manusiawi. bisa juga tindakan beberapa anak muda yang melakukan bom bunih diri adalan sebagai bentuk kekecewaan pada pemerintah dan orang kaya yang selama ini tidak pernah tersentuh nalurinya terhadap persoalan sosial.
sekali lagi amat memalukan negri yang mayoritas muslim terbesar didunia ini, tetapi tinggi dalam segala perbuatan keji dan tercelah. mungkin ada baiknya atau seharusnya kaum agamawan belajar lagi tentang revolusi islam Iran (Imama khomaeni) atau paling tidak belajar ulang tentang sejarah perjuangan H.Samanhudi dengan gerakan Serikat Dagang Islam. karena itulah membuat kita tercerahkan tentang makna sebuah keadilan dan kemanusiaan. Ulama adalah mereka yang menentang dengan kesewenag-wenang, serta dengan ummat lainnya mendidik,mengontrol,mereformasi berbagai kepala negara yang telah dibeli oleh musuh dan membangunkan mereka dengan nasehat atau ancaman dari ketertiduran nyenyak yang mengakibatkan kehancuran mereka maupun kepentingan masyarakat.
tentunya rasa cemburu kepada Iran dengan hasil revolusi dibawah pimpinan Imam Khomaeni dan Ulama lainnya dan Kuba dibawah kepeloporan Fadel Castro. sedangkan di negeri ini penguasa menjanjikan kemakmuran rakyat, akan menegakkan kembali kedaulatan rakyat. pendek kata seperti tukang obat disetiap kampanye untuk menjadikan rakyat yang lebih makmur dan demokratis. bau korupsi yang menyengat dan perselingkuhan politik, kemiskinan, penyikasaan terhadap TKW oleh majikannya dan banyak darah yang bertumpahan diberbagai daerah hanya dijadikan bahan diskusi dan komoditas politik

lebih disayangkan iman kita yang sedang diperjuangkan dibangku sekolah-kuliah hanya bercita-cita tidak lebih menjadi seorang karyawan pabrik, lebih tidak patut lagi adalah digadaikan kepada para pemilik modal dari asing (kaum kapitalis) yang telah merenggut kekayaan bangsa kita ini, saya ingat dengan pesan Imam Ali dalam Nahj Balagha 'tak ada kaum yang bangkit ketingkat kesucian yang paling tinggi kecuali si lemah berdiri tegak tanpa ragu dihadapan penguasa. seorang beriman lebih mulia dan lebih tinggi dari pada gunung karena gunung dapat digugurkan oleh beliung sedangkan jiwa seorang beriman tidak dapat dihancurkan.itulah kehormatan yang saat ini terkoyak-koyak dan bangsa kita dalam keadaan terpuruk. ummat tertindas harus rebut kembali kehormatan dan martabatnya sebagai ummat terbaik sebagai mana pesan Imam Hasan 'lebih baik mati dalam kehancuran dari pada hidup dalam keadaan hina'
agama sekarang sudah menjadi sasaran penyerbuan idiologi kapitalis ingatlah bagaimana takjubnya siaran televisi Menjelang dan selama Bulan Ramadhan, semua bintang sinetron yang semulanya berperan jadi hantu,penjahat dan sejenisnya kini berkopyah dan berjilbab, acara akan selalu diawali dengan ucapan salam dan orang miskin seperti diatas menjadi pameran dalam pembagian Zakat serta memperlihatkan status sosial bagi orang2 kaya, bahkan kini kita bisa membaca pesan nabi melalui SMS hingga sampai pada Dzikir besar yang menguras air mata. sayang ini semua hanya baru seputar pesan bukan gugatan informasi mengenai ketimpangan yang menimpa kalngan muslim, bukan sebuah 'pesan' pada para penguasa lalim dan korup. semuanya tidak gratis tentunya karena ada ongkos yang digunakan untuk membiayainya. melalui Dzikir besar kebanyakan peserta dari kalngan berduit mereka diingatkan untk membersihkan hati, kebanyakan dari mereka memang terharu bahkan banyak kemudian meintihkan air mata berliter-liter; tetapi apa gunanya air mata ini ditengah genangan bencana yang tak habis-habis? sebagai bangsa yang mayoritas muslim tetapi nomor wahid tingkat korupsi nomor buncit dalam sumber daya manusia? Partai Islam menjadi hiasan? bahkan kini kita menjadi bangsa pengemis.
Bukan kemiskinan yang membuat ku pucat dan kecewa/ aku pucat dan kecewa karena merapati fakir miskin, bagaimana kita menyaksikan kemiskinan selama ini? kemiskinan bukan hanya pemandangan yang mencercah perasaan tetapi bukti betapa problem struktural mengenai keadilan tak pernah diselesaikan. yang digelontorkan hanyalah kebijakan seporadis dan khutbah seruan untuk hidup sederhana.
Disini saya hanya ingin mengingatkan bahwa prinsip-prinsip Islam bersifat Revolusioner; ia adalah revolusi melawan pendewaan terhadap manusia, melawan ketidakadilan, BER-ISLAM berarti MEMIHAK RAKYAT untuk MELAWAN PENINDAS.
keadaanlah yang membuat orang islan duduk di eksekutif, hidup mereka meroket enak dan nyaman, iklim politik memberikan ruang bagi orang islam untuk mebuat partai, beruntunglah mereka yang memiliki kelebihan harta untk bisa bersedeka. tapi apakah seorang Muslim hanya dituntut untuk berbuat seperti itu? apakah kita tidak merasa malu sekolah yang mengaku Islam tapi Ongkosnya Mahal? apakah kita tidak merasa tersiksa dengan tingginya angka pelanggaran HAM yang memakan korban sesama Muslum??
akhirnya kita pernah tersendiri, sembunyi dari satu sepi kelain sunyi, menyelinap di satu gelap ke lain senyap, tapi tidak tengkurap atau terkesiap, tetap merayap. bukanlah manusia bila berdiri menanti-nanti, teruslah berlari-lari mencari, terhunyung lebih baik dari pada termenung, sebagai orang yang pernah belajar di PII harus selalu berkiprah tanpa istirahat' dengan kata kunci "Tandang ke gelanggang walau seorang" selamat berfikir untuk bertindak.

Tidak ada komentar: