Pages

Kamis, 28 Oktober 2010

Pernyataan Sikap SUMPAH PEMUDA 28 Okt 2010

SUMPAH RAKYAT INDONESIA
KAMI RAKYAT INDONESIA BERSUMPAH
BERBANGSA SATU BANGSA TANPA PENINDASAN
BERTANAH AIR SATU TANAH AIR TANPA
BERBAHASA SATU BAHASA YANG GANDRUNG AKAN KEBENARAN
Maraknya persoalan bangsa yang semakin hari semakin gersang, rakyat semakin tertindas, orang miskin dipelihara untuk mendapat rasa prihatin dari Negara luar untuk memberikan bantuan, orang sakit dijadikan penyumbang terbesar APBN/D, orang bodoh di pelihara, kebodohan dibudayakan, hokum hanya dijatuhkan kepada yang lemah, keringat buruh dihisab oleh orang asing di negeri sendiri, petani semakin terjajah. Itulah realitas yang terjadi di Bangsa ini, realitas diatas adalah gambaran wajah kabupaten Sukabumi. basis kultural sukabumi sudah menjadi individualisme dan liberalisme. Ujung dari individualisme dan liberalisme adalah kapitalisme,yang tak akan memberikan keadilan sosial. ketidakmampuan pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan, maka perilaku kekerasan dalam masyarakat sudah menjadi keniscayaan. Ketika negara gagal mewujudkan kesejahteraan rakyat, implikasi dari menurunnya performa ekonomi itu adalah kriminalitas dan frustrasi sosial. Yang lebih parah adalah pisau hukum kita yang tidak mampan apabila digunakan untuk keluarga Istana/Pendopo, banyak kasus di Kab.Sukabumi yang perlu diketahui oleh masyarakat, hak-hak masyarakat pengguna jamkesma yang sampai saat ini uangnya tertelan oleh para korupsi, begitu pun dengan bantuan pendidikan yang nyaris dihisab habis oleh para pemangku kebijakan. Tentunya tindakan penyelewengan ini adalah dikerjakan dalam bentuk kolektif sesama lingkaran birokrasi. Dan masih banyak lagi rentetan masalah di Kab Sukabumi, KUT,KTNA, Peternakan, Raskin, Bansos, dan hak-hak Rakyat lainnya yang masih tersumbat oleh para pejabat dengan alas an birokrasi, namun pada intinya selalu dijadikan proyek bagi para birokrasi dilingkungan pemerintah. Bahkan yang lebih menyakitkan bagi rakyat adalah bergentanyang para makelar kasus yang selalu membayang-bayangi setiap kasus per kasus. Rakyat kecil sebagai tumbal hokum, pejabat sebagai ATM berjalan para penegak hukum.
Melihat persoalan yang Rakyat yang sangat kronis ini,Sangat disayangkan, peringatan sumpah pemuda tiap 28 Oktober terasa sia - sia dan hampa makna. Perjuangan pemuda Indonesia hanya dilakukan dengan upaca bendera, jalan santai serta seremonial lainnya. Dan sungguh sangat ironis Lembaga kepemudaan menjadi kaki tangan penguasa dalam mensukseskan upaya pembodohan terhadap rakyat. Bahkan kadang-kadang menjadi alat pemerintah untuk membungkam sikap kritis kelompok muda lain dalam memberi solusi dan bersatu melindungi harkat dan martabat bangsa serta bersatu memperjuangkan nasib kaum tertindas, termarginalkan dan kaum yang tidak mendapatkan ketidakadilan.
Billahihayatu Wallahi Hayati Mustad’afin

FRAKSI RAKYAT Sukabumi

Tidak ada komentar: